“Konflik biasa muncul di lapangan, meskipun pimpinan ormas tetap menjaga komunikasi baik,” ujar Haerudin.
Ia menyoroti fenomena ormas pemuda yang berubah arah menjadi kelompok keamanan tak resmi. Hal ini menurutnya bisa memicu gesekan antarkelompok masyarakat.
“Kalau aktivitas anggota sudah melenceng dari AD/ART, itu akan menimbulkan persoalan,” tegasnya.
Kesbangpol Jateng mengaku terus melakukan pembinaan rutin kepada GRIB Jaya dan ormas lainnya. Dialog intensif terus berlangsung demi mencegah konflik dan menjaga peran ormas sesuai jalurnya.
“Peran ormas itu mendidik, menjaga ketertiban, dan melindungi masyarakat. Bukan menggantikan tugas penegak hukum,” pungkasnya.
Kini, lebih dari 550 ormas telah terdaftar di Jateng. Jumlah ini terus meningkat setiap pekan. Namun, lonjakan tersebut turut memunculkan tantangan pengawasan yang makin kompleks. (*)