“Saat Pertempuran Lima Hari, ada korban dari para pejuang. Sebanyak 18 pejuang dimakamkan secara massal di sisi barat gedung,” beber Darmadi.
Gedung Sobokartti sebagai cagar budaya butuh perhatian lebih
Sebagai bangunan cagar budaya, lanjut Darmadi, Gedung Sobokartti tak bisa banyak melakukan perubahan. Sekadar renovasi kecil-kecilan seperti pergantian genteng saja.
Dampaknya, Gedung Sobokartti tampak ketinggalan zaman. Untuk lantai gedung, misalnya. Lantai di gedung ini lebih rendah ketimbang lingkungan sekitarnya.
“Setiap kali terjadi hujan dengan durasi lebih dari 4 jam pasti terjadi rembesan air yang mengakibatkan banjir di dalam gedung. Di sisi lain, untuk meninggikan kami jelas tidak ada anggaran,” ungkap Darmadi.
BACA JUGA: Sanggar Monod Laras: Upaya Pelestarian Seni Budaya Tradisional Dalang dan Karawitan
Hal itu tentu bukanlah pertanda baik. Bagaimana bisa gedung sarat sejarah berusia puluhan tahun harus berjibaku setiap hujan turun?
Darmadi pun berharap, dengan momentum HUT ke-95 ini, pemerintah dapat memberikan perhatian lebih pada keberlanjutan Gedung Sobokartti. Termasuk: perawatan dan renovasi.
“Kami berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, tentunya perawatan dan penanganan banjir agar tidak banyak kerusakan akibat genangan tersebut,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi