Gibran menambahkan, proses pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren dilakukan atas masukan para kiai dan pengasuh pondok pesantren di seluruh Indonesia.
Nantinya, kata dia, lembaga tersebut akan mengoordinasikan berbagai program bantuan pemerintah untuk pesantren, termasuk pengembangan ekonomi dan pendidikan santri.
“Ini adalah kabar gembira, kado istimewa, sebagai bukti bahwa Pak Presiden menaruh perhatian khusus untuk pengembangan pesantren ke depan. Ini terkait tata kelola, kemandirian ekonomi, dan program bantuan pemerintah untuk pesantren,” tutur Gibran.
Tak hanya belajar agama, Gibran optimis santri bisa jadi ahli AI hingga masuk kabinet
Lebih jauh, Gibran meminta seluruh kader GP Ansor turut mengawal jalannya Direktorat Jenderal Pesantren agar kebijakan tersebut benar-benar berdampak bagi dunia pendidikan Islam.
“Mohon Bapak Ibu, teman-teman Ansor, para kiai ikut mengawal Direktorat Jenderal ini,” pintanya.
Namun, ia juga menegaskan bahwa tantangan masa depan pesantren tak hanya sebatas pendidikan agama. Menurutnya, santri masa kini harus mampu bersaing di bidang teknologi mutakhir dan ilmu terapan.
“Kalau yang namanya santri, anak muda, Ansor, akhlaknya pasti baik, ngajinya baik. Tapi juga harus imbangi dengan ilmu-ilmu yang bisa menjawab tantangan zaman,” tegasnya.
Putra sulung Presiden RI ke-7 Jokowi itu menuturkan, pemerintah ingin mencetak generasi santri yang ahli di berbagai bidang modern seperti kecerdasan buatan, robotika, blockchain, hingga bioteknologi.
“Kita ingin mencetak santri-santri yang ahli blockchain, artificial intelligence, santri yang ahli robotik, ahli bioteknologi,” ujarnya.
Gibran pun berharap ke depan akan semakin banyak santri dan alumni pesantren yang tidak hanya menjadi penggerak masyarakat, namun juga berperan aktif di pemerintahan.
“Kita ingin nanti lebih banyak lagi santri atau alumni pondok yang masuk kabinet dan ikut mewarnai kabinetnya Pak Presiden,” pungkas Gibran. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













