“Saya sangat kecewa karena dapat di lapak di SCJ, sedangkan yang menempati lapak di Johar Utara bukan pedagang asli situ,” paparnya.
Menurutnya, lapak yang tak seharusnya ditempati pedagang Pasar Johar menyengsarakan pedagang yang sudah menunggu selama enam tahun karena insiden kebakaran.
“Ada 70 an pedagang lebih yang ditempatkan tak sesuai lokasi berdagang, bahkan sampai saat ini ada yang belum dapat tempat berdagang,” katanya.
Tak hanya kisruh penempatan lapak, desas-desus adanya jual beli lapak oleh oknum tak bertanggung jawab juga disuarakan oleh para pedagang.
Hal itu membuat para pedagang menggandeng LSM untuk menengahi permasalahan yang dirasakan pedagang Pasar Johar.
Undian lapak secara online melalui aplikasi Pandawa juga dirasa terlalu dipaksakan yang berdampak pada terlemparnya pedagang asli yang dulunya menempati Pasar Johar Tengah dan Utara.
“Undian online lapak, harusnya disampaikan saat pedagang mendapat tempat bergadang yang sudah tertata melalui layout di aplikasi, namun kenapa tiga hari setelah undian baru disampaikan ke pedagang. Tak hanya itu, pedagang juga banyak yang mendapatkan notifikasi ganda, dan lokasi lapaknya berbeda, untuk itu para pedagang menggandeng kami agar permasalahan tersebut diluruskan,” jelas Agus Riyadi satu di antara anggota LSM yang digandeng pedang.
Agus juga menuturkan, Janji Walikota Semarang, pedagang Pasar Johar dapat lapak semua, namun kenyataannya masih banyak yang belum dapat lapak sampai saat ini.
“Bahkan pedagang yang awalnya memiliki lapak lebih dari satu, kini hanya dapat satu. Dan bukti kepemilikan diminta oleh dinas terkait. Untuk itu pedagang minta tolong untuk dimediasi,” tuturnya.
Agus menambahkan, pedagang juga resah dengan aksi jual beli lapak, karena ada dugaan jual beli lapak dengan nilai fantastis.
“Ada yang menawarkan lapak Rp 120 juta hingga Rp 150 juta untuk satu lapak, kami minta permasalahan tersebut diluruskan,” imbuhnya. (Ak/El)