Di bawah kepemimpinan orang nomor satu di Kota yang akrab disapa Mbak Ita tersebut. Menurutnya, terus mendorong munculnya inovasi-inovasi dalam pengendalian banjir. Termasuk juga melibatkan pakar dan akademisi dalam upaya pengendalian banjir di Kota Semarang.
“Tapi yang terus kami tekankan, masyarakat jangan membuang sampah sembarangan. Termasuk dalam membangun rumah harus menyesuaikan izin menyediakan area resapan air,” kata Ismet.
Pengendalian Banjir Semarang
Melalui PRH, air yang biasanya melimpas, harapannya dapat langsung meresap ke dalam tanah. Pipa ini memiliki daya resapan besar atau mencapai 20 sampai 30 kali sumur resapan. Satu unit PRH akan meresapkan sekitar 1.000 m3 air hujan tiap tahun.
Inovasi ini dari segi harga jauh lebih murah ketimbang sumur resapan. Pengerjaan dan bahan mudah kita dapatkan yakni, dari pipa PVC. Dalam pemasangannya tidak membutuhkan tempat luas, serta pemeliharaannya juga sangat mudah.
“Pipa ini multifungsi, dapat menuntaskan masalah banjir dan genangan serta mengatasi kekurangan air tanah. Termasuk mengurangi penurunan tanah, dan mengurangi intrusi air laut,” kata Edy Susilo, Ahli Hidrologi USM sekaligus pencipta pipa resapan horizontal.
Edy mengatakan, respon Pemkot Semarang terhadap inovasi cukup antusias. Pasalnya, alat yang ia ciptakan tersebut merupakan inovasi yang Kota Semarang butuhkan dalam pengendalian banjir.
Di sisi lain, penanganan persoalan banjir di Kota Semarang Edy menilai cukup efektif dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Tercatat, musim hujan sejak Desember 2023 hingga Februari 2024, Ibu Kota Jawa Tengah (Jateng) tersebut terhindar dari banjir.
Termasuk, kontrol saluran dan pompa-pompa air di sejumlah titik. Edy mengatakan, pemantauan yang langsung oleh Walikota Semarang perempuan pertama adalah simbol pemimpin hadir.
“Bagus, memang saya lihat komitmen Mbak Ita dalam penanganan banjir sangat intens sekali perhatiannya. Kemarin sampai turun langsung penanganan, dia memimpin kontrol kondisi saluran dan pompa,” katanya. (*)
Editor: Elly Amaliyah