Muhadjir menyebut, inovasi berbagai daerah dalam upaya pengentasan stunting pasti terus dilakukan Kepala Daerah. Namun alangkah bagusnya lagi jika bisa saling tukar pengalaman.
“Ini sudah berjalan dengan baik, saya yakin paling tidak tahun 2025 angka prevalensi stunting kita bisa di bawah 20 persen,” ujar Muhadjir.
Sementara itu, Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, penghargaan ini berkat kolaborasi bersama dari semua pihak dalam menekan angka stunting di Ibu Kota Jawa Tengah.
Inovasi SANPIISAN Raih Penghargaan PBB
“Banyak inovasi yang kami buat. Salah satunya program pengentasan stunting dengan SANPIISAN (Sayangi, Dampingi Ibu dan Anak Kota Semarang),” kata Mbak Ita, sapaan akrab Walikota usai menerima penghargaan.
“Kami memulai intervensi tidak hanya pada anak-anak stunting, ibu hamil atau yang akan melahirkan. Tetapi juga memulai dari remaja putri, calon pengantin, sampai ke keluarga semua terintegrasi,” kata dia.
Sedikit informasi, Kota Semarang berhasil menunjukkan progres signifikan dalam upaya menurunkan angka stunting. Hal ini terlihat dari angka prevalensi stunting yang menurun dari 21,30 persen pada tahun 2021 menjadi 10,40 persen di tahun 2022.
Pemerintah Kota Semarang menargetkan pada tahun 2024 ini stunting berada pada posisi 0 persen sama seperti halnya kemiskinan ekstrem yang kini sudah zero. (*)
Editor: Elly Amaliyah