SEMARANG, 1/11 (BeritaJateng.tv) – Dewasa ini, tantangan yang dihadapi Kota Semarang tidak hanya terkait ketahanan pangan dan gizi. Namun juga menurunkan angka stunting, sekaligus menuju nol kelaparan/zero hunger (TPB tujuan 2) tidak saja berorientasi pada pangan dan kesehatan.
“Hal ini melibatkan pula aspek yang lebih luas seperti penyediaan bahan pangan sehat, akses distribusi/rantai pasok pangan dan akses terhadap bahan pangan sehat yang terjangkau sebagai intervensi dalam mitigasi krisis pangan dan pengendalian inflasi di Kota Semarang,” terang Kepala Bappeda Budi Prakosa, Selasa (1/11).
Menurutnya, pasokan pangan di Kota Semarang sangat bergantung pada wilayah produsen pangan. Karenanya, tantangan yang muncul tidak hanya pada pasokan pangan, namun juga bagaimana sistem pangan sejauh ini memperkuat ketahanan pangan dan menyediakan nutrisi bagi warga.
Perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan yang serba praktis juga meningkatkan konsumsi jenis makanan cepat saji masyarakat Kota Semarang.
“Padahal di 2045 kita akan memiliki bonus demografi dengan melimpahnya usia produktif sehingga perlu disiapkan generasi yang memiliki sumber daya terbaik,” ujarnya.
Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Daerah (RAD) Pangan dan Gizi Kota Semarang, merupakan upaya pihaknya menuju visi Semarang Kota Cerdas Pangan 2026.
“Kota Semarang telah menyusun dokumen RAD Pangan Gizi di tahun 2019, untuk merumuskan kebijakan dan strategi dalam mewujudkan ketahanan pangan dan perbaikan gizi,” tandasnya.