Ngesti menjelaskan, di luar ruang kelas, pendidikan inklusi juga masih menghadapi kendala berupa keterbatasan jumlah tenaga pengajar dan psikolog pendamping.
“Termasuk sarana pendukung pembelajaran berupa alat peraga pendidikan untuk siswa inklusi. Beberapa hal ini perlu perhatian bersama sekaligus solusinya,” tuturnya,
BACA JUGA: Agustina-Iswar Wujudkan Semarang Inklusif, Komitmen Kota Merangkul Masyarakat
Lebih lanjut, Ngesti mengungkap terkait pemberian beasiswa pada 2026 Pemkab Semarang bakal memprioritaskan siswa inklusi.
“Skema beasiswa nanti bisa untuk siswa inklusi, siswa yang kurang mampu tetapi masih ingin sekolah, dan siswa yang memang benar-benar berprestasi secara akademik,” tegasnya.
Sebelumnya, Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang telah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap sekolah penyelenggara pendidikan di Kabupaten Semarang.
Hasil monitoring dan evaluasi itu telah Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Joko Sriyono, sampaikan langsung saat beraudiensi dengan Bupati Semarang.
Salah satu permasalahan yang menjadi perhatian ialah minimnya sarpras pendukung pendidikan bagi siswa inklusi di berbagai sekolah, baik jenjang SD maupun SMP.
Mulai dari ruang belajar bagi siswa inklusi yang sangat kurang layak, terbatasnya jumlah pengajar yang berkualifikasi pendidikan inklusi, hingga minimnya tenaga psikolog pendamping.
Joko berharap permasalahan ini bisa lekas Bupati bersama jajarannya tindaklanjuti. “Yakni agar siswa inklusi mendapat hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan,” terang Joko. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi