“[Saya tanya,] ‘Loh kok dihilangkan?’ [Jawabannya,] ‘Kan yang hadir juga gak mudeng-mudeng (mengerti) banget,’” ucapnya.
Hendra menuturkan, penghilangan AMDAL itu merupakan ide Dinas Lingkungan Hidup terkait.
Lebih lanjut, Hendra pun mengungkap bahwa ia terlibat dalam pembentukan AMDAL di Pegunungan Kendeng.
Berbagai hal yang ia sebut bobrok soal AMDAL, turut ia tulis dalam bukunya yang berjudul Mitos Tambang untuk Kesejahteraan tersebut.
BACA JUGA: 4 Fakta Menarik Tentang Dandhy Dwi Laksono, Sutradara Film Dirty Vote yang Viral di Sosial Media
“Ini ide siapa? Idenya Dinas Lingkungan Hidup, saya mengeluhkan itu. Saya terlibat dalam AMDAL Pegunungan Kendel, semua cerita tentang bobroknya AMDAL di sana saya sudah tulis di dalam buku saya,” terangnya.
Tak hanya Pegunungan Kendeng, Hendra merasa hampir semua pembentukan AMDAL itu terkesan aneh jika benar-benar menelitinya.
“Itu tidak hadir di ruang yang kosong, dia hadir di ruang politikal, sangat dinamis,” sambungnya.
Tak berhenti di situ, AMDAL yang seluruhnya ia katakan aneh dan memicu pertanyaan itu tak terlepas dari fakta bahwa tak mungkin “jeruk memakan jeruk”.
“Yang harus mengeluarkan AMDAL adalah lembaga pihak ketiga, tetapi seluruh biaya pembuatan AMDAL tempatkan kepada yang punya gawe atau perusahaan. Tidak mungkin jeruk makan jeruk,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi