SEMARANG, 26/11 (beritajateng.tv) – Permodalan dan kontinuitas menjadi masalah klasik yang dihadapi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Banyak pelaku UMKM yang sulit mengembangkan usahanya karena terkendala minimnya modal. Setelah berpromosi dan dikenal orang, UMKM juga kerap tak siap melayani pesanan dalam jumlah banyak.
Hal tersebut menjadi bahasan dalam Focus Group Discussion (FGD) “Pertumbuhan UMKM di Era Digital” yang digelar Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto di Hotel Ungaran Cantik, Kabupaten Semarang, Minggu (20/11/2022).
“Banyak UMKM yang dipromosikan gencar. Setelah laku, kontinuitas produknya nggak jalan dan kewalahan menerima pesanan. Minimnya modal membuat pelaku UMKM tak bisa membeli bahan baku dalam jumlah banyak,” ujar Bambang yang hadir secara virtual.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Semarang, Bayu Himawan Ramantika mengatakan, UMKM di Kabupaten Semarang didominasi produk makanan. Selain itu, ada juga berbagai produk kerajinan. Diantaranya yang dibuat dari bahan enceng gondok.
“Mereka (pelaku UMKM) mampu bertahan dalam situasi ekonomi yang tidak stabil karena dalam pengelolaannya tak membutuhkan banyak orang dibanding perusahaan besar yang karyawannya banyak. Selain itu costnya juga sedikit,” ujarnya dalam diskusi yang dipandu Ricky Fitriyanto tersebut.
Meski modalnya terbatas, jumlah UMKM yang banyak membuat roda perekonomian berputar. Perputaran uangnya juga cukup besar. UMKM, lanjutnya, juga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak.
Bayu menyarankan pelaku UMKM mencari modal dengan memanfaatkan pinjaman lunak dari perbankan atau koperasi. Tentu dengan memenuhi sejumlah persyaratan yang ditentukan. Sementara untuk mengatasi banyaknya orderan, dia berharap pelaku UMKM menjalin komunikasi baik dengan penyedia bahan baku.