Dulunya, lebih dari 70 usaha pengasapan ikan yang ada di Kampung Mangoet. Namun, saat ini hanya tersisa sekitar 25 usaha yang masih beroperasi. Alasannya pun beragam.
“Berkurangnya sejak habis pandemi Covid-19. Kemungkinan juga gara-gara kurang pemasokan maupun keuntungan. Ditambah ada pesaing juga,” ucap Siswanto kepada beritajateng.tv, belum lama ini.
Siswanto merupakan salah satu pemilik yang terpaksa menutup usahanya pada tahun 2019 silam. Ia memutuskan berhenti dari bisnis pengasapan ikan karena berbagai kendala.
BACA JUGA: Serunya ‘Street Photography’ di Kampoeng Mangoet ala Komunitas Blusukan
Meski begitu, ia tak menutup kemungkinan untuk membuka lagi usahanya di kemudian hari.
“Alhamdulillah selama itu saya bisa nyekolahin empat anak saya. Lalu saya istirahat mulai 2019 tidak pengasapan ikan lagi. Tempatnya ya masih, tapi sudah tidak berfungsi,” ucap Siswanto.
Berbeda dengan Siswanto yang gulung tikar, Iskandar masih berjuang mempertahankan usaha ikan asap milik keluarganya. Ia sendiri adalah generasi kedua, setelah ayahnya.
Meski terus mengalami penurunan, Iskandar berkomitmen untuk terus menjalankan usahanya. Salah satunya dengan mempertahankan kualitas produk ikan asap.
“Yang terpenting, kami selalu menjaga harga, rasa, dan kualitas. Sehari targetnya bisa menyelesaikan 3 kwintal,” Iskandar memungkasi. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi