Taufiq juga menepis isu tentang nilai oktan Pertamax Green yang disebut menurun. Ia menegaskan, pengujian resmi dilakukan di Cepu menggunakan mesin CFR Engine, dan hasilnya menunjukkan nilai oktan sesuai dengan spesifikasi.
“Pengujian ini mengacu pada standar internasional ASTM 2699 untuk mengukur ketahanan bahan bakar terhadap gejala knocking pada mesin,” terang Taufiq.
Menurutnya, alat pengukur oktan portable yang beredar di masyarakat tidak bisa jadi acuan karena tidak memiliki kalibrasi resmi.
“Alat seperti itu bisa menghasilkan angka dari cairan apapun, jadi masyarakat sebaiknya tidak langsung percaya pada hasil pengujian non-resmi,” tambahnya.
Pertamina memastikan bahwa Pertamax Green merupakan produk inovatif hasil pengembangan teknologi energi bersih, yang tidak hanya aman untuk kendaraan. Tetapi juga berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon nasional.
Lewat Pertamax Green, Pertamina ingin membangun kesadaran bahwa energi hijau bukanlah ancaman bagi mesin kendaraan. Melainkan langkah maju menuju masa depan transportasi yang lebih berkelanjutan. (*)
Editor: Elly Amaliyah












