BACA JUGA: Tangkap 327 Orang dan Haruskan Wajib Lapor, Polda Jateng Bantah Isu Asal Tangkap Pelajar-Mahasiswa
Tim hukum soroti banyaknya kasus polisi yang salah tangkap
Sementara itu, Tim Hukum Suara Aksi menyoroti dugaan salah tangkap hingga kekerasan aparat saat mengamankan ratusan orang usai ricuh di depan Mapolda Jawa Tengah.
Bahkan, ada anak-anak yang mengalami trauma psikologis serta seorang penyandang disabilitas yang turut polisi amankan.
Anggota Tim Hukum Suara Aksi, Nia Lishayati, menyebut para orang tua sudah berada di Mapolda Jateng sejak Sabtu, 30 Agustus 2025 malam. Mereka meminta untuk bisa bertemu anak-anaknya yang tertangkap.
“Sejak semalam orang tua dan tim hukum terhalang-halangi aksesnya oleh polisi untuk bertemu anak-anak. Hal itu seharusnya tidak boleh, apalagi anak sejatinya harus ada orang tua dan tim hukum yang mewakili, tapi itu tidak ada,” kata Nia saat beritajateng.tv jumpai di depan Gedung Borobudur Mapolda Jateng, Minggu, 31 Agustus 2025 sore.
Selama mendampingi para orang tua dan telah berhasil masuk untuk bertemu massa yang tertangkap di Mapolda Jawa Tengah, Nia menemui banyaknya massa yang salah tangkap.
“Banyak yang salah tangkap, lagi di jalan tiba-tiba ditangkap polisi; ada yang pulang kerja motornya ditendang, diseret, sampai kepalanya bocor; ada yang di warung didatangi kemudian dibawa. Artinya banyak yang salah tangkap; mereka juga mendapat kekerasan,” urainya.
Nia menyebut kondisi peserta yang polisi amankan juga memprihatinkan. Mereka disebut baru diberi makan sekitar pukul 15.00 WIB pada Minggu, 31 Agustus 2025. Beberapa orang yang tertangkap bahkan belum sempat makan.
“Bahkan ada anak SD yang sampai trauma. Awalnya menangis terus, lalu bicara sendiri bilang, ‘Pait-pait, asem-asem.’ Memang secara fisik dia enggak apa-apa, tapi itu membunuh karakter anak,” pungkas Nia. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi