“Permainannya mengenalkan tradisional, kemudian literasi, dan pentas budaya. Game-nya semuanya permainan tradisional dan permainan kebersamaan,” tutur Sri.
Menurutnya, output utama PPBK bukan sekadar kompetisi, melainkan ruang interaksi sosial bagi anak-anak SLB se-Kota Semarang.
“Outputnya menjalin pertemanan sesama disabilitas, membangun kemandirian, dan saling menguatkan. Agar orang tua tahu bahwa anak-anak disabilitas bisa berekspresi dan berapresiasi,” jelasnya.
BACA JUGA: Resmi Berdiri, SPPG Lerep Ungaran Barat Bakal Layani MBG 3.181 Siswa: Termasuk dari SLB
Salah satu peserta, Agustian Zaky Rahmatullah, siswa kelas XI-C SLB Negeri Kota Semarang, mengaku sangat menikmati kegiatan PPBK.
“Tadi kita permainan outbond kayak pramuka. Nulis pakai tali, melempar gelang ke tongkat, terus nuang air ke gelas buat masukin bola ke keranjang,” cerita Zaky antusias.
Meski cuaca panas, Zaky tetap bersemangat. Ia bahkan menegaskan bahwa panas bukan halangan untuk tetap aktif.
“Keseruannya ya panas, tapi tetap semangat. Kita sebagai anak pramuka enggak usah takut panas. Dapat teman baru juga,” ujarnya.
Kegiatan PPBK di Grand Maerakaca harapannya menjadi potensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk tampil, bersosialisasi, dan mengembangkan diri di ruang publik. (*)
Editor: Farah Nazila













