Profil
Abu Bakar Ba’asyir merupakan tokoh muwahidin di Indonesia beraliran Jihadisme salafi yang dianggap punya keterkaitan dengan beberapa peristiwa dan aksi terorisme di Indonesia.
Ia lahir di Jombang, Jawa Timur pada 17 Agustus 1938 sehingga kini berusia 85 tahun.
Ba’asyir merupakan pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) serta salah satu pendiri Pondok Pesantren Islam Al Mu’min, Solo Jawa Tengah. Berbagai badan intelijen menuduh Ba’asyir sebagai kepala spiritual Jemaah Islamiyah (JI), sebuah grup separatis militan Islam yang punya kaitan dengan Al-Qaeda. Namun Ba’asyir telah membantah menjalin hubungan dengan JI atau terorisme.
Pada awal tahun 2019, Ba’asyir mendapat penawaran bebas tanpa syarat dari pemerintahan Jokowi dengan syarat dia mau menandatangani perjanjian agar setia Pancasila. Namun Yusril Ihza Mahendra selaku pengacara Jokowi mengatakan Ba’asyir menolak syarat itu. Baru pada tahun 2022, Ba’asyir mengakui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dugaannya, Ba’asyir yang memiliki paham radikal ini menjadi dalang aksi teror bom di Bali pada tahun 2002 silam. Namun, dugaan tersebut juga telah Ba’asyir bantah.
Abu Bakar Ba’asyir punya pandangan kontroversial terkait demokrasi yang dituangkan dalam bukunya berjudul ‘Tadzkirah’. Dalam buku itu, Ba’asyir menguraikan demokrasi dalam 4 poin.
BACA JUGA: Tegaskan Tak Ada Mobilisasi Fan K-Pop Dukung Anies, AMIN Muda Jateng: Semuanya Muncul Organik
Poin pertama, demokrasi tertolak sejak dari sumbernya. Menurut Baasyir, konsep demokrasi muncul dari masyarakat Yunani Kuno yakni ketika filsuf Pericles mencetuskan konsep demokrasi pada 431 Sebelum Masehi.
Kini, ia secara terang-terangan memberikan dukungannya terhadap AMIN dan juga menyarankan warga untuk memilih paslon tersebut.(*)