“Tahapannya sosialisasi dulu terkait regulasi, kemudian bagaimana bertransaksi, pengenalan-pengenalan perizinan lalu sertifikasi seperti itu. Ada tahapan-tahapannya, tidak hanya sekadar UMKM pengin ekspor terus latihan lalu selesai, itu enggak,” tegasnya.
Sediakan 30 kuota untuk UMKM
Ratna menyebut, Disperindag Jateng menyediakan 30 kuota untuk UMKM. Menurutnya, sebanyak 500 pelaku usaha mendaftar setiap tahunnya. Oleh sebab itu, pihaknya melakukan seleksi yang cukup ketat.
“Kuotanya 30, yang berminat akses ke link kami itu ada sekitar 500-an. Makanya kita lakukan seleksi, dari kelayakan usahanya ada, dari komitmen atau karakter pelaku usaha juga jadi poin tambahan,” sambung Ratna.
Lebih lanjut, Ratna menyebut program ini telah berjalan dari tahun 2019. Hingga saat ini, sudah ada 140 UMKM binaan pihaknya dari program export coaching. Dari jumlah tersebut, sebanyak 73 UMKM sudah go internasional.
“Dari tahun 2019 sudah ada 140 UMKM binaan kami, 73 di antaranya sudah ekspor. Jadi lebih dari 50 persen sudah go internasional,” bebernya.
Negara-negara tujuan ekspor tersebut yakni berbagai wilayah benua Eropa, Asia, dan Amerika. Produk makanan olahan asli UMKM Jateng pun menjadi yang utama dalam program tersebut.
“Produk makanan olahan yang utama, yang saat ini kita lakukan pendampingan. Beberapa waktu kemarin itu ke benua Asia seperti China, Taiwan dan Jepang,” tandasnya.(*)
Editor: Farah Nazila