PTM Sistem Shift jadi Solusi di Tengah Pandemi

Para narasumber dalam Dialog Aspirasi Jawa Tengah "PTM 100 Persen, Siapkah?" yang digelar di Studio TATV Solo. (ricky fitriyanto/beritajateng.tv)

SOLO, 28/1 (beritajateng.tv) – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan sistem shift bisa menjadi pilihan di tengah merebaknya Covid-19 varian Omicron. Metode ini memungkinkan siswa mengikuti PTM namun dengan skala terbatas dan protokol kesehatan (prokes) tetap bisa diterapkan dengan efektif.

Hal itu mengemuka dalam Dialog Aspirasi Jawa Tengah “PTM 100 Persen, Siapkah?” yang digelar di Studio TATV Solo, belum lama ini. Wakil Ketua DPRD Jateng Quatly Abdul Kadir Alkatiri mengatakan saat ini beberapa sekolah menerapkan PTM sistem shift. Siswa masuk sekolah bergiliran pagi dan siang. Cara ini dianggap menjadi solusi PTM secara terbatas dan siswa dan guru tetap bisa menjaga jarak. “Semua sudah merindukan PTM. Ada yang menerapkan sistem shift, ini bagus,” katanya dalam dialog yang dipandu Host Bona Ventura Sulistiana dan Co Host Okfied Sosendar tersebut.

Beberapa sekolah, lanjut dia, juga menggelar pembelajaran secara hybrid. Yaitu separuh siswa belajar secara online dan setengahnya lagi secara offline. “Kami sempat kunjungan ke daerah saat PTM 50 persen. bagus sekali kondisinya, siswa juga bersemangat,” ujarnya.

Meski begitu, dia juga menyoroti temuan adanya tenaga pengajar yang tidak mengindahkan prokes. Padahal, guru seharusnya menjadi teladan dalam penerapan prokes bagi para siswa. Dia meminta perlu ada pantauan dalam pelaksanaan PTM 100 persen nanti. Setiap sekolah, lanjut dia, bisa membentuk Satgas Covid-19 untuk mengawal kegiatan belajar mengajar agar setiap orang menerapkan prokes.

Kepala Bidang PSMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Syamsudin Isnaini mengatakan, Jateng sudah menyiapkan PTM 100 persen sejak Desember 2021 lalu. Hampir separuh lebih sekolah sudah siap. Per 3 Januari 2022, PTM 100 persen sudah mulai dilakukan.

“Tiga pekan ini kita pantau. Rata-rata saat ini Jateng di jenjang menengah sudah diatas 50 persen melaksanakan PTM 100 persen. SD masih kita kendalikan, syarat ketercapaian vaksin juga dibutuhkan. Syaratnya guru sudah 80 persen lebih vaksin dosis kedua. Sementara di kabupaten/kota sudah diatas 50 persen vaksin dosis kedua,” ungkapnya.

Dikatakannya, loss learning menjadi pertimbangan PTM 100 persen dillaksanakan. Terkait temuan adanya guru yang tak taat prokes, menjadi instrospeksi pihaknya. Upaya menjaga prokes bisa dilakukan dengan penerapan sistem shift.

“Hampir mayoritas sekolah melakukan shift, risikonya guru kerja sampai sore. Cara ini membuat prokes bisa dijaga dengan jarak dan kapasitas di kelas 50 persen,” paparnya.

Menurut Syamsudin, kebijakan penghentian PTM tetap merujuk pada pertimbangan yang kompleks dan apabila ada kejadian darurat.

“Evaluasi setiap minggu dilakukan. Saat ini kondisi masih aman, tapi tetap harus waspada. Varian Omicron sudah masuk. Kami sepakat vaksin menjadi benteng kita,” katanya.

Sementara Wakil Rektor III Unisri Sutoyo mengatakan, pembelajaran daring dibandingkan tatap muka hasilnya tetap berbeda. Dia menilai kebijakan PTM 100 persen sudah tepat. Ini maknanya peserta didik masuk semua, hanya ada pengurangan waktu belajar. (RI)

Tinggalkan Balasan