Ekbis

Ramai Ajakan Boikot Perusahaan Pendukung Israel, Pengamat Ekonomi: Penyerapan Tenaga Kerja Bisa Berdampak

×

Ramai Ajakan Boikot Perusahaan Pendukung Israel, Pengamat Ekonomi: Penyerapan Tenaga Kerja Bisa Berdampak

Sebarkan artikel ini
gerakan boikot israel
Ilustrasi bendera Israel. (fFoto: Pexels/Pixabay)

SEMARANG, beritajateng.tv – Seruan untuk melakukan gerakan boikot terhadap produk-produk perusahaan yang diduga berafiliasi atau mendukung Israel semakin gencar diserukan di media sosial.

Beberapa perusahaan besar di bidang food and beverage seperti McD, KFC, dan Starbucks tak luput dari daftar boikot yang ramai tersebar di media sosial. Bahkan, banyak warganet yang mengajak untuk beralih ke produk serupa dari UMKM lokal.

Menanggapi fenomena boikot ini, dosen Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip) Wahyu Widodo angkat bicara. Menurutnya, konflik antara Israel-Palestina ini sangat kompleks. Baginya, tak heran jika gerakan boikot ini muncul.

BACA JUGA: Serangan ke Gaza Memanas, Ini 7 Produk Besar Israel yang Terboikot dan Alasannya

“Atas konflik ini, reaksi yang muncul salah satunya boikot produk, itu yang bisa dilakukan orang awam. Saya melihat itu sebagai reaksi moral dari masyarakat awam,” ujar Wahyu saat dihubungi melalui sambungan WhatsApp, Selasa, 31 Oktober 2023.

Mengenai dampak ajakan boikot, ia mengaku tidak terlalu menimbulkan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kendati demikian, dampaknya akan terasa langsung oleh sektor atau perusahaan terkait.

“Sebenarnya kalau terhadap pertumbuhan ekonomi (dampaknya) jauh ya, tapi terhadap sektor yang terkait langsung cukup signifikan. Pasti kan demand akan turun, implikasi berikutnya adalah penyerapan tenaga kerja di sektor atau produk itu,” sambungnya.

BACA JUGA: Soal Pemberian Bantuan ke Israel Hingga Terboikot, McDonald’s Buka Suara

Bukan kali pertama muncul gerakan boikot Israel

Ia menyebut, gerakan boikot ini bukan kali pertama. Beberapa tahun lalu, lanjut Wahyu, sempat muncul gerakan serupa. Namun, reaksi yang timbul tidak sebesar sekarang.

“Itu (gerakan boikot) sudah terjadi sejak dulu, hanya yang sekarang memang kelihatannya sangat masif karena terfasilitasi teknologi yang sangat maju,” ucapnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan