“Kadang kami bantu rescue penemuan ular yang masuk-masuk di rumah orang, kami ambil dan kami amankan. Ada juga yang melihara sejak kecil,” tutur dia.
Cerita anggota komunitas pemelihara hewan eksotik di Semarang
Lebih lanjut, salah satu anggota KSE Semarang, Sutikno, mengaku telaj bergabung sejak tahun 2015 silam. Meski telah lama menjadi pecinta hewan eksotik, Sutikno mengakui mengoleksi hewan eksotik tidak bisa sembarang orang lakukan.
Apalagi bagi pemula yang berniat mengoleksi hewan eksotik berukuran besar. Kendati begitu, siapa saja bisa belajar perlahan untuk mengoleksi hewan eksotik.
“Saran untuk pemula ada seperti baby piton, karena ularnya paling jinak, dan gak bisa besar. Soalnya kalau retic itu bisa 7-15 meter panjangnya,” kata Sutikno.
BACA JUGA: Kisah Anggota Tim Reptile Rescue Semarang, Standby 24 Jam Tangkap Ular yang Masuk Pemukiman
Di sisi lain, Sutikno menyebut masih banyak masyarakat yang menjadikan hewan eksotik, khususnya ular, sebagai bahan konsumsi sehari-hari. Padahal, hewan eksotik bukanlah makanan.
Ia pun berharap adanya gathering atau pameran hewan eksotik di tempat umum ini bisa mengedukasi masyarakat.
“Harapannya, kami dan masyarakat bisa lebih menyayangi hewan. Karena tiap makhluk hidup berhak untuk hidup dengan ekosistemnya masing-masing,” tandas Sutikno. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi