Scroll Untuk Baca Artikel
Politik

Refleksi Momen Hari Pahlawan di Tahun Politik, Begini Tanggapan Legislator PDI Perjuangan

×

Refleksi Momen Hari Pahlawan di Tahun Politik, Begini Tanggapan Legislator PDI Perjuangan

Sebarkan artikel ini
Hari Jadi Jateng | Hari Pahlawan
Politikus PDI Perjuangan, Stephanus Sukirno. (Foto: dprd.jatengprov.go.id)

SEMARANG, beritajateng.tv – Hari Pahlawan yang jatuh setiap tanggal 10 November terperingati untuk mengenang jasa para pejuang Bangsa yang gugur saat tragedi pertempuran yang berlangsung di Surabaya pada 10 November 1945 silam. Kendati demikian, Hari Pahlawan memiliki esensi luhur di dalamnya.

Stephanus Sukirno yang merupakan politikus asal PDI Perjuangan menyebut, Hari Pahlawan mesti termaknai betul, utamanya bagi penerus Bangsa Indonesia yang masih hidup hingga saat ini.

“Kita harus sama-sama mengulangi semangat yang para pejuang miliki, yakni kesediannya berkorban demi negara. Kesediaan para pejuang yang gugur untuk membela negara itu yang melibatkan kita sebagai penerus bangsa merasa berhutang,” ujar Sukirno saat beritajateng.tv hubungi melalui sambungan WhatsApp, Kamis, 9 November 2023 sore.

Sukirno meyakini, seseorang yang melupakan jasa pejuang, maka hal itu merupakan suatu kesalahan besar.

“Kalau tidak menghargai mereka (pejuang yang gugur), itu merupakan suatu kesalahan, karena sebetulnya apa yang kita nikmati saat ini, apa pun ya, itu buah dari kesediaan mereka mengorbankan yang mereka miliki termasuk nyawa,” tegasnya.

BACA JUGA: DPRD Jateng Usulkan Raperda Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, Sukirno: Harus Ada Payung Hukumnya

Sejarah perjuangan Kota Semarang sebelum adanya Hari Pahlawan

Tak hanya Surabaya, Sukirno menyebut Kota Semarang juga memiliki sejarah perjuangan pahlawan dalam mempertahankan NKRI, yakni Pertempuran Lima Hari yang berlangsung sebelum Hari Pahlawan ditetapkan, yaitu pada tanggal 15 hingga 19 Oktober 1945.

“Kita sebagai orang Jateng, khususnya Semarang, mestinya memiliki suatu kebanggaan juga. Bahwa yang bersedia dan rela mengorbankan dirinya itu bukan hanya pada peristiwa 10 November saja. Tapi dalam pertempuran Oktober itu pejuang Semarang bersedia untuk mengorbankan nyawanya,” papar Sukirno.

Sehingga, lanjut Sukirno, warga Jawa Tengah pada saat itu juga memiliki keberanian dan kesanggupan untuk memilih antara kepentingan bangsa atau kepentingan pribadi.

“Orang Semarang pada waktu itu sudah memilih untuk mementingkan negara, sehingga terjadilah pertempuran itu. Hanya saja waktu itu bedanya orang Semarang mempertahankan NKRI dengan melawan Jepang,” ucapnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan