Selain itu, Detty menilai regulasi itu seolah-olah menyiratkan menyederhanakan permasalahan cuma remaja yang hamil. Sampai-sampai, pencegahan kehamilan bisa dengan alat kontrasepsi.
“Jadi, tidak memikirkan perilakunya anak-anak, mindset anak-anak setelah adanya PP itu. Bagaimana mereka menjalani masa depan yang masih panjang setelah adanya kebebasan seperti itu,” ucapnya.
BACA JUGA: Soroti Kontrasepsi dan Aborsi Korban Kekerasan Seksual, Ini Catatan dari LRC-KJHAM
Padahal, kata Detty, perilaku dan pola pikir sangat penting untuk pembentukan karakter yang nantinya akan memengaruhi kemampuan meraih masa depan.
“Perlu diketahui bahwa seks bebas juga bisa bikin kecanduan. Bahkan, lebih [parah] daripada dengan kecanduan narkoba. Saya khawatir kecanduan seks ini bisa merusak mindset dan mental anak-anak dan remaja,” ujarnya.
Menurutnya, masih banyak cara untuk menekan kehamilan dini dan apa pun kekhawatiran tentang remaja atau pelajar hamil. Tetapi, tidak lantas dengan melegalkan penggunaan alat kontrasepsi di kalangan pelajar atau remaja.
“Kami yakin masih banyak cara untuk menekan permasalahan remaja hamil. Tapi, tentunya tidak dengan memberikan, menyiapkan, melegalkan kontrasepsi di sekolah,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi