Masyarakat Semarang melestarikan tradisi ini melalui pawai budaya dan pasar rakyat yang menawarkan beragam kerajinan, permainan tradisional, serta kebutuhan Ramadan.
Salah satu ikon terkenal dari Dugderan adalah Warak Ngendog, simbol akulturasi budaya yang mencerminkan harmoni masyarakat Semarang.
“Dugderan tidak hanya sebagai penanda datangnya Ramadan, tetapi juga sebagai ajang bagi masyarakat untuk merayakan dan mendukung perekonomian lokal,” jelas Shokheh.
Lebih dari sekadar perayaan, Dugderan kini menjadi bagian integral dari identitas Kota Semarang. Selain melestarikan sejarah, tradisi ini juga memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat melalui peluang usaha bagi pedagang kecil. “Tradisi ini menunjukkan bagaimana budaya dan agama saling bersinergi dan membentuk dinamika masyarakat,” tambahnya.
Yang terpenting, Dugderan mencerminkan kegembiraan masyarakat Kota Semarang dalam menyambut bulan suci Ramadan dengan penuh suka cita. (*)
Editor: Elly Amaliyah