Scroll Untuk Baca Artikel
Ekbis

Sektor Tekstil di Jawa Tengah Terpukul, Disnakertrans: Banjir Impor dari Tiongkok Sulut PHK

×

Sektor Tekstil di Jawa Tengah Terpukul, Disnakertrans: Banjir Impor dari Tiongkok Sulut PHK

Sebarkan artikel ini
Tekstil Jawa Tengah
Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Industri (HI) Disnakertrans Jawa Tengah, Ratna Dewajati, saat dijumpai di kantornya, Selasa, 1 Oktober 2024 sore. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Perusahaan tekstil dan garmen di Jawa Tengah begitu terpukul. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Tengah per Agustus 2024, tenaga kerja dari sektor tekstil dan garmen terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebanyak 3.685 orang.

Angka itu merupakan 44,77 persen dari 8.231 atau jumlah PHK tenaga kerja keseluruhan di Jawa Tengah hingga Agustus 2024.

Sementara itu, ada 3.134 tenaga kerja di sektor tekstil dan garmen yang dirumahkan hingga Agustus 2024.

BACA JUGA: Kasus PHK di Jawa Tengah Tertinggi, Ini Daftar Daerah Paling Banyak Terjadi: Semarang Nomor 3

Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Industri (HI) Disnakertrans Jawa Tengah, Ratna Dewajati, membeberkan alasan mengapa sektor tekstil dan garmen begitu lesu di Jawa Tengah. Saat beritajateng.tv jumpai di kantornya, Selasa, 1 Oktober 2024 sore, Ratna menuturkan hasil pengamatannya saat mengunjungi industri tekstil di Jawa Tengah.

“Kami coba ke perusahaan [tekstil]. Mereka itu terdampak adanya geopolitik, perang Ukraina. Bahan baku di tekstil itu kan impor, kalau impor butuh waktu. Tadinya 7 hari, jadi 14 hari sekarang. Otomatis dari sisi waktu dan cost juga bertambah,” ujar Ratna.

Selain situasi geopolitik imbas Perang Ukraina, lanjut Ratna, gejolak antara Tiongkok dan Amerika Serikat juga memengaruhi pasar tekstil di Indonesia.

“Itu berpengaruh pada produk [tekstil]. Ordernya turun, kalau ordernya turun masa kita mau bikin banyak?” lanjut dia.

Banjir impor tekstil

Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 yang membuat barang impor, tak terkecuali tekstil, membanjiri pasar Indonesia juga Ratna sebut sebagai faktor lesunya industri garmen di Jawa Tenagh.

“Satu lagi ada kebijakan impor yang benar-benar membanjiri kita. Sehingga sekarang pasar kan mencari harga yang murah,” bebernya.

Dengan adanya impor tekstil murah di pasaran, kata dia, akan menurunkan hasrat pengusaha dalam negeri untuk memproduksi.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan