“Satu-satunya yang punya Taiko ini cuma Udinus. Waktu itu, Pak Edy [Rektor Udinus] yang pesankan langsung. Jadi mahasiswa di luar jurusan Sastra Jepang pun boleh ikut juga karena memang kepunyaan kampus,” imbuhnya.
Taiko khas Jepang butuh ketahanan fisik yang memadai
Hampir 1,5 tahun rutin latihan dan tampil dalam berbagai event, Avior mengaku tak mudah dalam memainkan Taiko. Menurutnya, meski tak memiliki melodi khusus seperti alat musik lainnya, memainkan Taiko tetap membutuhkan persiapan lebih.
“Yang susah dari Taiko itu dari fisik butuh tenaga yang banyak, apalagi kalau nggak biasa mukul Taiko tangannya sakit-sakit, tapi kalau udah lama kebiasaan nanti enak sendiri juga,” jelasnya.
Senada, Theodora, anggota lainnya, menyebut memainkan Taiko tak mudah apalagi dirinya adalah perempuan. Salah satunya karena menguras energi dan membutuhkan fisik yang mumpuni.
Sebelum latihan, misalnya, Theodora harus melakukan pemanasan mulai dari lari, posisi split hingga posisi kuda-kuda.
BACA JUGA: Asyiknya Mengisi Libur Sekolah dengan ‘Cosplay’ Ala Karakter Gim Jejepangan di Semarang
“Selain karena emang suka Jejepangan, mungkin sebagai cewek tujuannya bisa sekalian untuk bentuk badan,” gurau mahasiswi jurusan Sastra Jepang Udinus itu.
Theodora mengaku menyukai Taiko sejak kuliah semester 1 atau tahun 2020 silam. Namun, karena Pandemi Covid-19 dan pembelajaran online, ia baru sempat latihan sejak tahun 2022 akhir.
“Aku lebih milih Taiko mungkin karena Taiko ini keseniannya beda dari yang lain. Taiko punya semangatnya sendiri dalam tampil,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi