Menurutnya, Semarang sebagai salah satu kota besar di Indonesia memiliki banyak peninggalan yang erat dengan zaman kolonial. Salah satunya keberadaan kampung yang disesuaikan dengan suku.
Dalam hal ini, Kampung Melayu merupakan kampung multietnis pertama di Kota Semarang. Berbagai etnis, mulai dari Melayu, Tionghoa, hingga pedagang Yaman ramai singgah di Kampung Melayu sejak abad 18.
“Kampung Melayu juga menampung orang Islam keturunan Yaman, nah sisa-sisa bangunannya bisa terlihat dari campuran Melayu dan Chinese, walau sekarang banyak yang nggak keurus,” kisahnya.
Sebagai wadah sesama penyuka fotografi, Komunitas Blusuk.an memang tak ada aturan khusus dalam penyelenggaraannya. Siapa saja boleh ikut. Gratis tanpa pungutan biaya.
BACA JUGA: Gandeng beritajateng.tv, Grand Candi Hotel Semarang Lestarikan Budaya Lewat Event Pasar Senggol
Salah satu peserta, Ikhsan, baru pertama kali mengikuti kegiatan Komunitas Blusuk.an. Selama berkeliling, ia mengaku masih bisa melihat peninggalan Kampung Melayu sebagai jejak perdagangan internasional.
Seperti Masjid Layur, Kali Semarang, gedung bekas perusahaan tempo dulu, hingga rumah-rumah berarsitektur khas tempo dulu.
“Seru sih, setiap sudut atau sisi Kampung Melayu diabadikan melalui jepretan kamera,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila