SEMARANG, beritajateng.tv – Di tengah gemuruh para pemain muda yang merajut mimpi untuk menjadi pemain bola profesional, ada satu sekolah sepak bola di Kota Semarang yang menjadi tempat bersemayamnya mimpi-mimpi tersebut. Tim tersebut tak lain adalah Sport Supaya Sehat (SSS), salah satu klub sepak bola tertua di Kota Semarang.
Ketua klub Sport Supaya Sehat Semarang, Samsuri, mengungkapkan bahwa sejauh ini, terdapat sekitar 52 sekolah sepak bola di Kota Semarang. Namun, hanya sekitar 20-30 tim yang secara rutin ikut kompetisi dan pembinaan.
Dengan sekitar 300 pemain, SSS menjadi klub sepak bola dengan anggota terbanyak di wilayah ini. Hal itu sekaligus menjadikan SSS sebagai salah satu tim yang memiliki rutinitas dan kompetisi yang sehat.
Setiap tiga hari dalam sepekan, sekitar 50 anak-anak akan berkumpul untuk latihan secara rutin di Lapangan Sidodadi. Mengenakan seragam berwarna biru kebanggaan, anak-anak tersebut berada dalam mimpi yang sama, yaitu menjadi pemain bola profesional.
BACA JUGA: Torehkan Jejak Awal Sepak Bola Kota Semarang, Ini Kisah Klub Sport Supaya Sehat Cikal Bakal PSIS
“Dari awal berdiri, SSS telah menyumbang 27 pemain untuk PSIS, dari Imam Santosa hingga Dwi Candra,” kenang Samsuri ketika beritajateng.tv berkunjung ke Lapangan Sidodadi, belum lama ini.
Lebih lanjut, Samsuri tak ragu menyatakan besarnya potensi bakat muda yang bisa lahir dari klub Sport Supaya Sehat.
Hanya saja, program development atau pengembangan sepak bola yang belakangan ini gencar dilakukan oleh klub memaksa pemain dengan bakat luar biasa tak lagi tumbuh dan besar di SSS Semarang.
Hasilnya, ungkap Samsuri, dalam 10 terakhir, SSS belum lagi menelurkan pemain berbakat yang mampu bersaing di kancah nasional. Terakhir, pada tahun 2013, lalu, Dwi Candra adalah nama terakhir pemain binaan SSS yang mampu menembus persaingan