“Kalau Solo jadi daerah istimewa, daerah lain pasti bertanya, kenapa bukan kami juga?” ungkap Adi.
Ia mencontohkan Madura yang memiliki historisitas panjang, namun belum mendapatkan pengakuan serupa.
BACA JUGA: Soroti Ketegangan Jokowi dan PDIP, Pengamat Adi Prayitno: Gesturnya Kini Beda, Ada Amarah Tersirat
Adi juga menekankan bahwa keistimewaan harus berorientasi pada kesejahteraan rakyat, bukan bancakan elit politik.
“Kalau hanya untuk memperpanjang kekuasaan elit, lebih baik batalkan pemekaran itu,” tegasnya.
Melihat contoh dari Aceh, Yogyakarta, hingga Papua, pemberian keistimewaan berdasarkan historisitas, kondisi geografis, dan kontribusi pada bangsa.
“Kunci utama tetap kesejahteraan rakyat, bukan sekadar simbol status istimewa,” tutup Adi.
Menurutnya, wacana Solo menjadi daerah istimewa memang menarik, namun perlu kehati-hatian agar tujuan utamanya tetap mensejahterakan masyarakat, bukan memperkuat kepentingan segelintir elit. (*)