SEMARANG, beritajateng.tv – Pakar Sejarah Kota Semarang yang juga merupakan konsultan arsitek, Widya Wijayanti, mengutarakan pendapat dari sisi yang berbeda terkait rencana revitalisasi Kali Semarang oleh Pemerintah Kota Semarang.
Widya lebih fokus pada status Kawasan Pecinan sebagai situs Cagar Budaya peringkat Nasional. Salah satunya yakni agar segala bentuk revitalisasi jauh dari upaya menjadikannya ala-ala “Disneyland” yang instagramable dan photogenic.
Ia berpendapat, membubuhkan ornamen dan aksesoris yang comot sana-sini justru akan merusak nilai Kawasan Pecinan sebagai cagar budaya.
“Bisa lacak juga rencana penataan ruang (RTBL) Pecinan yang berpotensi bertentangan dengan prinsip-prinsip pelestarian, seperti pemilihan acuan atau referensi dari area geografi dan atau era yang berbeda. Cagar Budaya Nasional loh. Jangan mengulang kasus kawasan benteng VOC atau Kota Lama yang ada telephone booth Inggris,” tekannya.
Widya seakan masih trauma akan revitalisasi Kota Lama yang ‘salah jalan’ dan justru mengurangi autentisitas sejarah Kota Lama. Contohnya, dua buah telephone booth berwarna merah yang bercokol di pinggir Jalan Letjen Soeprapto.
Alih-alih menampilkan ornamen dengan benar, pemerintah malah memasang ikon Inggris dan Britania Raya di tempat yang jelas-jelas merupakan peninggalan VOC atau Belanda.
Oleh karena itu, pelaksanaan revitalisasi Kawasan Pecinan juga harus hati-hati serta melalui pendekatan sejarah dan budaya yang panjang. Misalnya seperti pemberian warna merah nantinya.
“Merahnya Pecinan adalah merah kulit manggis, bukan merah cabe, karena kawasan tersebut sudah dikembangkan sejak sebelum pigmen merah cabe ditemukan,” katanya.
Sisi ekonomi revitalisasi Kali Semarang
Di sisi lain, Widya menyebut ide revitalisasi Kali Semarang untuk jalur perahu wisata tentu akan bermanfaat. Salah satunya untuk mendatangkan pengunjung yang akan berdampak pada meningkatnya interaksi sosial sekaligus ekonomi Kota Semarang.