Ia menambahkan, membuka jalur Kali Semarang yang pada masa lalu merupakan jalur ekonomi sangatlah strategis. Apalagi, untuk waktu panjang Kali Semarang seakan hanya dipandang sebagai “back of the house” yang semakin kumuh dan terkesan jorok.
“Normalisasi sungai pada masa lalu justru menciptakan ruang dalam kawasan perkotaan yang idle,” kata Widya.
Belum lagi, Widya menyebut jika toponim atau penamaan dari daerah-daerah di Pecinan merupakan petunjuk peran atau kegiatan dalam kehidupan masa lalu yang telah mapan, yang tentunya didukung akses jalan air di Kali Semarang.
“Toponim Pecinan mulai dari Sebandaran, Wotgandul, Gang Mangkok, Gang Besen, dan sebagainya. Belum terhitung Kebon Dalem yang ditopang akses jalan air tersebut,” tambahnya.
Namun demikian, revitalisasi atau penataan Kawasan Pecinan Semarang haruslah memperhatikan banyak pertimbangan.
“Peningkatan usaha UMKM tentu tujuan mulia, tetapi perlu penataan karena Kawasan Pecinan sendiri sebetulnya tidak lepas dari tempat persemaian UMKM yang berkelanjutan sepanjang masa,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi