“Mereka belum tahu apa-apa saat ini, tapi mereka besok akan mengalami krisis iklim yang akan mematikan. Diperkirakan dengan skenario paling ringan saja dalam waktu beberapa puluh tahun ke depan pulau Jawa ini panasnya luar bisa. Yang akan menanggung nasibnya ini mereka, anak-anak,” lanjutnya.
Semarang Climate Strike 2023 lakukan pendekatan yang berbeda
Melibatkan anak-anak dalam menggelar aksi semacam ini tentu memerlukan cara khusus. Misalnya dengan menyampaikan pesan melalui cerita dongeng.
Itulah seperti yang dilakukan oleh Wahyu Aji dari Extinctionrebeliion Indonesia. Tampil dengan hiasan kepala yang lucu, Wahyu Aji membawakan cerita soal kerusakan lingkungan dengan pembawaan yang santai.
“Kenapa pakai media dongeng, karena ini audiensnya anak-anak. Kami ingin anak-anak ini lebih bisa memahami soal krisis iklim, ya salah satunya dengan cara yang sesuai umur mereka yaitu cerita dongeng,” jelasnya.
BACA JUGA: Jaga Kualitas Udara di Semarang, Pemkot Bentuk Kampung Iklim hingga Penghijauan
Sementara itu, Liony Surya Munika, Kepala Sekolah SD Petra mengapresiasi jalannya aksi Semarang Climate Strike 2023 yang melibatkan sekolahnya. Apalagi, SD Petra selama ini turut aktif menanamkan nilai-nilai peduli lingkungan terhadap siswanya.
“SD Petra sangat senang bisa bergabung dengan kegiatan ini yang aktif dalam melibatkan anak-anak untuk lebih peduli terhadap lingkungan, kita sadar ada kondisi yang membuat anak-anak abai atau tidak peduli, maka kita turut senang bisa mengikuti kegiatan ini,” ungkap Liony. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi