“Sebagai sesama santri, kami merasa terpanggil untuk mendoakan mereka. Apalagi mereka meninggal dunia dalam keadaan sedang beribadah dan menuntut ilmu. Semoga Allah menempatkan mereka di tempat terbaik dan memberi ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan,” ujar Adi.
BACA JUGA: Info Terbaru Korban Ponpes Al Khoziny, Puluhan Korban Masih Tahap Pencarian Tim Fokus ke Titik Reruntuhan
Ia menegaskan bahwa doa tersebut bukan sekadar ritual, melainkan simbol cinta dan persaudaraan antarumat Islam, terutama di kalangan para pencari ilmu agama.
Tragedi yang Menyisakan Luka
Sebelumnya, musala di Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, ambruk pada Senin, 29 September 2025, saat para santri sedang beraktivitas. Insiden itu menelan korban jiwa dan melukai puluhan lainnya, sebagian besar merupakan santri muda.
Peristiwa tersebut memicu keprihatinan luas di berbagai daerah, termasuk dari para tokoh agama, pesantren, dan lembaga pendidikan Islam di Blora.
“Kami berharap tragedi seperti ini tidak terulang. Kondisi bangunan pesantren perlu diperhatikan secara serius. Jika sudah lapuk atau berisiko, sebaiknya segera perbaiki dengan konsultasi para ahli konstruksi,” imbau Adi Tri Sukmono.
BACA JUGA: Semarak Maulid Nabi di Blora, 168 Tumpeng Warnai Peringatan di Ponpes Baitul Hikmah
Suasana haru terasa saat doa bersama berlangsung. Para santri kecil duduk bersila, melantunkan dzikir dan ayat suci Al-Qur’an di bawah cahaya lampu yang temaram. Beberapa di antara mereka meneteskan air mata saat nama para korban dalam doa. (*)
Editor: Farah Nazila