Ia menambahkan, ada banyak nilai baik dari tokoh-tokoh pewayangan. Keberanian, keadilan, kesetiaan, kebijaksanaan, dan kehati-hatian, yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
“Kisah-kisah tersebut berasal dari kisah Mahabharata dan Ramayana. Menampilkan pertarungan antara kebaikan melawan kejahatan, serta mengajarkan pentingnya menjaga moralitas dan perilaku yang luhur,” ungkapnya.
Menurutnya, pagelaran wayang kulit tersebut merupakan bentuk sosialisasi media tradisional DPRD Jateng. Tujuannya untuk memberi pendidikan tentang budaya tradisional ke masyarakat. Terutama di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat.
“Saat ini kemajuan teknologi luar biasa. Banyak budaya luar masuk. Kita harus nguri-uri budaya agar bangsa ini punya jati diri. Budaya tradisional ini yang membedakan kita dengan bangsa lain,” katanya.
Sementara itu, Sekdes Suruh, Aan Andrianto, mengapresiasi langkah Sumanto yang menggelar pentas wayang kulit secara rutin. Ia berharap masyarakat bisa mensosialisasikan jadwal pentas wayang kulit dengan cara getok tular sehingga banyak yang menonton.
“Harapannya, banyak yang nguri-uri dan mengerti cerita wayang. Pada zaman digital ini, wayang seolah terlupakan,” ujarnya. (*)
Editor: Andi Naga Wulan.