Sementara untuk prosesnya sendiri, Daniel menjelaskan bahwa mengaransemen lagu EDM terbagi ke dalam beberapa tahap. Yang pertama yaitu menentukan nada dasar dan tempo. Setelah itu, menentukan chord dan melodi sebagai pondasi lagu.
Barulah ketika nada dasar, tempo, chord, dan melodi selesai, proses selanjutnya adalah memasukkan virtual instrumen alat musik dengan menggunakan software Digital Audio Work Station.
“Chord, tempo, melodi itu nanti kita aplikasikan di virtual instrumen seperti piano, drum, gitar, dan sebagainya. Setelah itu kita arrange letakkan di beberapa tempat seperti intro, chorus, dan lainnya,” jelas Daniel.
Terakhir, proses mixing dan mastering untuk mempercantik dan mengoreksi efek-efek instrumen yang dirasa belum pas. Namun, Yannova menyebut bahwa dua proses terakhirlah yang kerap kali memakan waktu lebih lama.
“Udah buat dan jadi nih satu lagu, tapi pas denger lagu lain dengan genre sama kok rasanya lagu yang lain lebih bagus, akhirnya ganti lagi, mixing dan mastering sering bikin buntu,” kata Yannova.
Meski begitu, ketiganya mengaku tetap menikmati hobi sebagai produser EDM. Apalagi dengan kemajuan zaman, mereka kini bahkan bisa mendapat penghasilan tambahan dari hobi menyusun lagu EDM.
Berbekal situs freelance internasional, ketiganya kini menerima pesanan lagu EDM dari berbagai negara. Sedangkan biaya yang mereka terapkan rata-rata sekitar 60$ USD hingga 70$ USD per lagunya.
“Sebulan paling 3-4 pesanan. Sejauh ini bisa kebeli motor, laptop, sampe alat DJ controller dari hasil music production,” imbuh Istaf. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi