Praktis selama pandemi Covid-19 hingga saat ini, intensitas Jokowi-Airlangga dalam melakukan kunjungan kerja, sidak pasar serta acara-acara resmi kenegaraan lainnya yang selalu berbarengan sangatlah tinggi.
Momen-momen seperti itu kemudian dimanfaatkan Golkar sebagai branding partai yang didukung Jokowi. Apalagi, tak sedikit iklan-iklan politik yang selalu menampilkan sosok Jokowi.
BACA JUGA: Dapat Tambahan 5 Kursi Legislatif di DPRD Provinsi, Ketua DPD Golkar Jateng: Itu Sejarah Bagi Saya
Golkar lihai mainkan isu Jokowi merapat ke pihaknya
‘Partai Beringin’ juga terbilang lihai, terutama dalam memanajemen konflik. Isu bergabungnya Jokowi ke partai Golkar usai Pilpres 2024 ternyata mampu partai respons positif dan justru mereka jadikan sebagai instrumen politik dalam meraih dukungan publik.
Golkar tak peduli, apakah Jokowi akhirnya bergabung atau hanya gimik semata. Yang jelas, isu bergabungnya Jokowi ke tubuh Golkar justru partai manfaatkan secara efektif dan efisien.
Perlu kita ingat, Jokowi masih banyak dicintai rakyatnya. Survei Indikator pada 18-21 Februari 2024, misalnya, sebanyak 76,6 % responden merasa cukup ataupun sangat puas atas kinerja presiden (Antara, 28/2/2024).
Bisa jadi, wajah Golkar yang dihias sosok Jokowi mampu mengaburkan stereotip bahwa Golkar masa lalu adalah ‘sarang koruptor’.
Entahlah, politik memang dinamis. Golkar kali ini hanya ingin membuktikan branding politiknya, bahwa “Suara Golkar, Suara Rakyat”. (*)
Penulis: Didik T. Atmaja (Founder Alfa Institute, mahasiswa Magister Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim Semarang)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi