“Jepara–Keling itu sama dengan kami ini [perbaikan Jalan Brigjen Sudiarto], perbaikannya pembetonan. Ada yang pengaspalan juga,” ungkap Agus.
Menurut Agus, aspal masih dipilih pada ruas tertentu yang masih memiliki struktur jalan yang baik. Meski begitu, ia mengakui bahwa betonisasi menjadi pilihan yang lebih kuat untuk menahan beban kendaraan besar. Hanya saja, biaya yang dibutuhkan jauh lebih besar dibanding aspal.
“Kalau semuanya bisa dibeton sebenarnya, cuma kalau dibeton itu kan biayanya tinggi, mahal,” ujarnya.
BACA JUGA: Masyarakat Dukuh Mintreng Bahagia Usai Betonisasi Jalan oleh TMMD Kodim 0716/Demak
Agus juga mengungkapkan besaran biaya perbaikan jalan yang menggunakan beton dan aspal. Untuk perbaikan di wilayah timur Jawa Tengah tahun ini, sebagian jalan menggunakan beton, sementara ruas lain menggunakan aspal.
“Per kilo beton itu sekitar Rp9-10 miliar. Kalau aspal kan Rp6-7 miliar, kurang lebihnya. Ini untuk perbaikan jalannya yang di ruas timur ada yang aspal dan ada yang beton,” kata Agus.
Ia mencontohkan, ruas jalan di Kabupaten Pati lebih banyak perbaikan dengan aspal. Alasan penggunaan aspal di Pati karena struktur jalannya sudah bagus.
“Pati itu ada yang aspal semua. Yang Pati aspal. Struktur jalannya sudah bagus, konsistensinya sudah bagus, karena jalan protokol juga,” sambungnya.
Agus menegaskan, target seluruh perbaikan jalan di wilayah timur Jawa Tengah rampung pada akhir 2025. “Perbaikan jalan itu targetnya juga rampung 2025 ini. Betul, 31 Desember harus selesai semua,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi