SEMARANG, 24/10 (beritajateng.tv) – Tarian Gedruk menjadi salah satu bagian dari seni Jathilan. Gedruk atau sering disebut dengan Tari Topeng Ireng memiliki ciri banyak menggunakan hentakan kaki dan kelincahan para penarinya. Tari Gedruk ini berkembang pesat di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang. Guna menarik minat masyarakat, Tari Gedruk di Kecamatan Kaliwungu dipadukan dengan campursari.
Tarian Gedruk dari Kelompok Seni Gedruk Baruklinthing dipentaskan dalam acara Media Tradisional (Metra) yang digelar Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto di halaman Kantor Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Sabtu (22/10/2022).
Ketua DPRD Jateng Bambang Kusriyanto mendukung pengembangan seni Tari Gedruk. Dia juga mengapresiasi keberadaan para penari yang sebagian besar terdiri dari anak muda. “Keterlibatan anak-anak muda ini sangat dibutuhkan sebagai salah satu bentuk nguri-uri serta nguripi kesenian daerah. Ini juga menjadi bukti bahwa regenerasi pelaku seni sudah berjalan,” kata Bambang yang hadir secara virtual.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Semarang Sutanto mengakui kesenian di Kecamatan Kaliwungu banyak dipengaruhi dari Boyolali. Sebagai daerah yang berada dio perbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Tari Gedruk hampir mirip dengan Tari Topeng Ireng.
“Namanya kesenian, tidak ada istilah ini dari Kaliwungu, ini dari Boyolali. Sepanjang pengembangan maupun pemberdayaan kesenian maju, kami di DPRD tetap menyokongnya,” ujarnya dalam dialog yang dipandu Moderator Ricky Fitriyanto tersebut.
Melihat tari tersebut, lanjut dia, tak terlalu rumit sebagaimana tari Jawa pada umumnya. Tari Gedruk menggambarkan kemarahan Buto atau Raksasa Gunung Merapi. Entah siapa yang menciptakan seni tari itu. Selain aksesoris lonceng kecil pada kaki, para penari menggunakan aksesoris di kepalanya.