Tak langsung memeroleh untung yang besar, bagi Ulil, menjual sarung juga membutuhkan proses sebagaimana berbisnis pada umumnya.
“Kalau dulu untungnya masih sedikit, 8 sampai 10 persen. Saya terus belajar hingga paham seluk beluk, pasar, jejaring dan dinamika penjual sarung seperti apa. Akhirnya nyemplung di situ,” jelasnya.
Tak lupa Ulil membeberkan langkah tepat bagi orang yang hendak membeli sarung agar tak salah pilih.
“Pertama, pilih sarung yang berkualitas. Artinya, sarung itu punya penenunan dan motif terbaik. Namun kembali lagi ke preferensi, pilih sesuai karakter masing-masing. Jangan dikira sarung mahal bisa cocok di semua orang, itu belum tentu,” aku Ulil.
BACA JUGA: Apresiasi Hari Sarung Nasional, Gus Yasin Berharap Mampu jadi Tren Kalangan Muda
Bukan tanpa alasan bagi Ulil saat menyebut sarung yang mahal tak lantas memberikan kenyamanan.
“Sarung yang mahal dikenakan enak, tapi untuk jalan jauh tidak enak. Jadi harus disesuaikan. Terlebih soal pemilihan sarung dengan karakter masing-masing. Jatuhnya aneh kalau misal seseorang karakternya kalem, tapi biar keliatan karakternya gahar, dia beli sarung yang motifnya ramai dengan warna ngejreng, itu akan aneh dan kesannya tidak cocok,” tandas Ulil. (*)
Editor: Farah Nazila
