BACA JUGA: LBH APIK Semarang Catat 102 Kasus Kekerasan pada Perempuan dan Anak Selama 2024, KDRT Tertinggi
Lucunya, Paul mengaku belajar bahasa Indonesia dan Bali bukan dari sekolah, melainkan dari interaksi sehari-hari dengan anak-anak sekitar. Ia menyebut proses itu sebagai pengalaman unik dan menyenangkan, meski awalnya sulit berbaur karena kendala bahasa.
“Aku pengin gabung main, tapi kadang enggak ngerti omongan mereka. Tapi ya enggak dibully sih, standar anak-anak saja. Paling mama yang suka anak-anak katain karena cerita masa lalunya,” ujarnya sambil tertawa.
Kini, Nyoman Paul sudah berdamai dengan masa lalunya dan merasa lebih kuat berkat pengalaman hidup yang membentuknya. Kisahnya menjadi pengingat bahwa keluarga, meski sempat terpisah, tetap bisa disatukan oleh waktu dan keberanian untuk memulai kembali. (*)