Pun dirasakan Parmi, wanita paruh baya yang tengah duduk di depan rumahnya yang masih tergenang air setinggi sekitar 50 sentimeter.
Matanya berkaca-kaca saat menceritakan evakuasi menggunakan kapal dan rasa was-was ingin kembali ke rumah.
“Banjirnya sedada. Kemarin dievakuasi pakai kapal [karet]. Dari hari Sabtu saya sudah mengungsi. Ini baru pulang, mau cek rumah, tapi masih tidak berani masuk. Semua barang-barang pada jatuh,” katanya lirih.
Jumlah pengungsi terdampak banjir Grobogan
Sebagai informasi, jumlah pengungsi terdampak banjir di Kabupaten Grobogan mencapai 274 jiwa, mayoritas terdiri dari lansia, ibu-ibu, dan anak-anak.
Banjir di Grobogan mulai terjadi sejak Jumat 16 Mei 2025 malam, akibat hujan esktrem sehingga menyebabkan air sungai meluap dan tanggul jebol.
Banjir tersebut tersebar di sejumlah desa di daerah tersebut. Antara lain Kecamatan Tegowanu (Desa Sukorejo, Tanggirejo, Medani), Tanggungharjo (Desa Sugihmanik), Gubug (Desa Penadaran), Godong (Desa Tungu, Latak, Manggarmas, Harjowinangun), Karangrayung (Desa Termas, Putatnganten, Temurejo), Kedungjati (Desa Padas), dan Kradenan (Desa Kuwu).
BACA JUGA: Tanggul Sungai Tuntang Kembali Jebol, Ratusan Rumah di Karangrejo Demak Terendam Banjir
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaaan Umum agar berlangsung normalisasi Sungai Tuntang.
“Memang pancaroba ini besar sekali dampaknya di wilayah kita, terutama banjir, karena hujan yang terus-menerus,” kata dia.
Ia juga mengaku telah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota di wilayahnya, bahkan sampai tingkat pemerintah desa agar selalu tanggap terhadap bencana. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi