Adapun tradisi ini telah warga lestarikan sejak zaman nenek moyang dan menjadi salah satu budaya kearifan lokal.
BACA JUGA: Heboh Penemuan Gading Gajah Purba di Blora, Ahli Cagar Budaya: Perkiraan Berusia Ratusan Ribu Tahun
Menurut Kepala Desa Gedangdowo, Sutikno, tradisi ini merupakan wujud rasa syukur atas limpahan rezeki selama satu tahun.
“Meskipun terkesan membuang-buang makanan, tradisi ini memiliki dampak positif bagi hasil panen,” ungkap Sutikno.
Rupanya, tradisi Awur-Awur tidak hanya menarik bagi warga lokal, tetapi juga wisatawan dari berbagai daerah.
Keunikan dan nilai budaya yang terkandung dalam tradisi ini menjadikannya daya tarik wisata yang patut dilestarikan. (*)
Editor: Farah Nazila