“Ini adalah budaya yang perlu kita lestarikan,” ujar Anisa, Senin, 14 April 2025.
Sementara itu, Mustamir, peserta perang nasi lainnya, merasa bahagia bisa ikut memeriahkan acara Gas Deso.
BACA JUGA: Ratusan Warga Serbu Kantor UPPD Samsat Blora untuk Pemutihan Pajak Kendaraan
Menariknya, setelah perang nasi, tidak ada rasa dendam di antara mereka.
“Namanya sawura. Kami biasa saja. Los, tidak ada rasa dendam”, tutur Mustamir.
Ketua RW 10 Dukuh Boleran, Bambang, menjelaskan bahwa tradisi saling lempar nasi ini bertujuan untuk melestarikan budaya lokal.
“Kami juga mengarak gunungan hasil panen sebagai bentuk kepedulian masyarakat atas hasil bumi yang melimpah,” ungkap Bambang.
Dengan semangat kebersamaan dan rasa syukur, tradisi Gas Deso menjadi salah satu cara warga Jiken, Blora, untuk merayakan hasil panen dan melestarikan warisan budaya mereka. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi
Respon (1)