SEMARANG, beritajateng.tv – Retakan tanah di punggungan bukit Dusun Cibuyut dan Tarukahan, Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap menjadi pemicu longsor besar yang menelan korban 46 jiwa.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi, menjelaskan, retakan itu lebih dulu menimbulkan longsoran kecil yang tidak terlihat. Saat hujan deras turun, air masuk ke celah tanah dan membuat struktur tanah melemah hingga terjadi longsor besar pada Kamis malam.
Bergas menuturkan hujan intens di kawasan Banyumas Raya, yang memang sedang memasuki puncak musim hujan November, membawa air masuk ke dalam retakan.
Aliran air masif itu menciptakan sedimentasi, melonggarkan struktur tanah, dan akhirnya memicu longsor sliding yang menimbun permukiman warga hingga puluhan meter.
“Kalau lihat dari vegetasinya, itu hijau, sangat hijau. Tapi potensi longsor tetap ada karena berada di ketinggian. Ada retakan kecil yang tidak terlihat. Ketika hujan deras turun, air masuk dalam jumlah banyak, itu menciptakan sedimentasi dan memicu longsor sliding,” ujar Bergas via WhatsApp Call, Jumat, 14 November 2025.
Hingga Jumat siang, Bergas menuturkan total warga terdampak sebanyak 17 KK atau 46 jiwa. Dari jumlah itu, 23 orang berhasil selamat, sementara 3 korban ditemukan oleh anjing pelacak dalam pencarian Kamis malam menuju Jumat dini hari.
“Sisanya, 20 orang masih dalam pencarian,” ujar Bergas.
BACA JUGA: Puluhan Warga Masih Tertimbun Longsor Majenang Cilacap, Polda Jateng Kerahkan Personel Tambahan
Tim medis mencatat 11 warga mengalami luka ringan hingga sedang. Dinas Sosial telah melakukan pendataan ulang nama-nama korban luka dan memastikan rujukan rumah sakit.
“Yang luka-luka itu 11 orang, dari ringan sampai sedang. Dinas Sosial sudah ke rumah sakit untuk memastikan nama-namanya,” kata pejabat BPBD.
Di lokasi, tim SAR masih melakukan penyisiran sejak pagi. Apel gabungan bersama Bupati dan Forkopimda berlangsung sebelum operasi pencarian berlanjut kembali usai salat Jumat.
Tanah masih lembek dan medan sulit, ekskavator digunakan di titik tertentu
Bergas menuturkan, proses pencarian sempat terkendala kondisi tanah yang belum stabil. Dua unit ekskavator milik PUPR dan BBWS sudah berada di wilayah terdampak, namun penggunaannya harus sangat selektif.













