BACA JUGA: Aditya Hasibuan Putra AKBP Achiruddin Aniaya Ken Admiral, Begini Kronologi Lengkapnya
Ia mengakui, pada usia 13-19 tahun emosi remaja cenderung tidak stabil. Bahkan, ia menyebut pada usia remaja terdapat kekacauan antara proses pengelolaan emosi dalam membuat keputusan dan terpengaruh oleh hormon.
“Anak-anak pada usia ini benar-benar tidak mengerti, kadang orang dewasa tak bisa menerima logikanya,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat tidak bisa 100 persen menyalahkan karena proses perilaku mereka itu hasil belajar.
“Proses bagaimana menerima pendidikan orang tua, proses bagaimana ia menerima pengaruh dari teman-teman,” ungkapnya.
Belajar dari kasus ini, ia mengajak agar para orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan emosi dan sensori anak, khususnya di usia 0-5 tahun anak. Menurutnya, penting untuk orang tua turut hadir dan memberikan perhatian khusus dalam setiap perkembangan emosi dan sensori anak.
“Kemampuan anak menerima kekecewaan, menunda keinginan, menunggu giliran, dan menerima hal yang ia tidak suka itu efektif pada di 5 tahun pertama, sehingga akan membantu perkembangan kematangan emosi pada usia berikutnya,” tutupnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto