“Di Jateng masih rajungan, udang, cumi-cumi, surimi, ikan layur. Itu lima komoditas yang memang unggulan di Jateng dan banyak diproduksi,” tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkap alasan di balik wacana pihaknya membuka ekspor benih lobster atau benur ke Vietnam.
BACA JUGA: Tolak Pertambakan Udang di Karimunjawa, Warga: Jangan Berat Sebelah
Sakti mengklaim, budidaya lobster di Vietnam 100 persen bibitnya berasal dari Indonesia dan volume produksinya begitu besar. Hal itu menurutnya aneh. Pasalnya, ekspor benur di Indonesia dilarang sejak terbitnya Permen KP Nomor 17 Tahun 2021.
“Soal lobster, sampai hari ini masih ditutup. Sampai hari ini masih tutup. Tapi kita sudah melihat ya, kita sudah melihat bahwa budidaya lobster di Vietnam bibitnya 100 persen berasal dari Indonesia, dan jumlahnya sangat besar,” kata Sakti usai Rapat Kerja Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2024 di Hotel Tentrem, Kota Yogyakarta, Rabu, 6 Maret 2024 silam.
Maka dari itu, lanjut Sakti, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam lawatan kenegaraannya ke Vietnam beberapa waktu lalu menyinggung isu ini dan mengajak pemerintah Negeri Naga Biru untuk berkolaborasi. Kemitraan ini ia nilai membawa prospek cerah dalam mengikutsertakan Indonesia ke pusaran global supply chain atau rantai pasok lobster dunia.
“Kalau global supply chain artinya gini, jangan kamu aja dong yang menikmati, kami juga dong kebagian. Kan asalnya dari kami, bagaimana kalau kita saling kolaborasi, salah satunya itu dengan mengundang mereka untuk investasi di sini,” tutur Sakti.
Awalnya, sempat ada pelarangan ekspor benih lobster atau benur di era Mantan Menteri KKP RI, Susi Pudjiastuti. Wacana itu muncul di tengah rencana Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Vietnam untuk melakukan budidaya lobster di Tanah Air. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi