“Maka, unit ada diambil investor. Diambilnya semua unit armada mempengaruhi tidak bisa beroperasi,” terangnya.
Menurutnya, ketidakseimbangan cashflow perusahaan satu diantaranya dipicu lantaran keterlambatan pembayaran dari pihak BLU kepada operator sekitar dua hingga tiga bulan.
Keterlambatan ini dimungkinkan adanya kendala administratif. Sejak ditunjuk sebagai direktur, dia telah berupaya secara maksimal untuk memperbaiki manajemen perusahaan yang terdahulu.
“Kami mohon maaf kepada masyarakat dan pemangku kebijakan dalam hal ini Pak Wali Kota dan BLU. Mulai Desember sampai Mei kami selesaikan kewajiban kami dengan baik,” ucapnya.
Jika dilakukan lelang kembali untuk operator koridor 4, dia berharap, para pramudi dan karyawan lain yang sebelumnya bekerja di koridor 4 bisa diakomodir.
Apalagi, mayoritas merupakan warga Semarang. Namun, jika diberi kesempatan kembali untuk mengoperasionalkan Trans Semarang, pihaknya berkomitmen akan melaksanakan kewajiban dengan baik.
Saat ini, pelayanan koridor 4 dilakukan dengan armada milik BLU Trans Semarang. Karena jumlah armada terbatas, hal itu berpenguh pada interval pelayanan yang lebih lama. (Ak/El)