Ino mengaku, untuk aromaterapi yang ia gunakan menggunakan bahan-bahan essential oil dari Perancis dan Italia. Semua aromaterapi yang ia buat pun didapat dari eksperimen yang ia lakukan sendiri.
Tak berhenti di lilin, ia pun mengembangkan produk aromaterapinya ke sampai ke linen spray, diffuser dan sabun cair dengan total delapan aroma yang berhasil ia hasilkan dan memiliki fungsi masing-masing dengan dibagi menjadi beberapa jenis atau kelompok.
Misalnya deep sleep terdiri lavender dan mint untuk membantu tidur nyenyak. Stres realife dari Green Tea dan citrus untuk Green Tea yang memiliki fungsi bagus untuk kerja jd tetap fokus dan tapi rileks, peace mind dari cotton dan musk aroma membuat nyaman.
“Jenis ketiga adalah Kadean atau yang berarti taman bunga, jadi semua bau yang dihasilkan kental dengan bau flora. Ada juga Shizen tipe aromanya alam jadi ada rempah dan alam” tambahnya.
Agar lebih menarik, Ino mengemasnya dengan branding ala Jepang. Meski masih dalam taraf industri rumahan, dan baru memiliki dua karyawan. Zen Aromaterapi Indonesia saat ini sudah memiliki pangsa pasar yang besar, bahkan untuk pemasaran dilakukan secara online melalui e-commerce atau lewat Akun Instagram @Zenaroma.id maupun offline di Awann Sewu Hotel, dan living world Plaza Indonesia.
“Target pasarnya cenderung ke wanita ya, untuk omset sih sekarang sudah lumayan bisa mencapai Rp 50 juta perbulan. Saya juga jual sistem paket atau hampers di event tertentu, misal Imlek, Valentine, dan lainnya,” jelasnya.
Disinggung tentang kendala awal merintis bisnis, menurut Ino bukan dari segi pemasaran. Pemasaran kata dia bisa menggunakan sosial media seperti Instagram dengan akun zenaroma.id dan marketplace ia gunakan sampai saat ini.
“Kalau susahnya dulu bikin lilin ya, gimana harus punya tekstur solid, berminyak serta bertahan lama saat dibakar. Kalau sabun, ya harus disesuaikan ke PH kulit. Dulu saya dulu yang coba pakai dan terbukti aman kemudian mulai saya jual,” kenangnya. (Ak/El)