Gaya Hidup

Gerakan Seribu Rupiah, Selamatkan Pelajar Semarang Kesulitan Bayar Sekolah-Kuliah

×

Gerakan Seribu Rupiah, Selamatkan Pelajar Semarang Kesulitan Bayar Sekolah-Kuliah

Sebarkan artikel ini
gerakan seribu rupiah
Kegiatan Ibu-ibu Gerakan Seribu Rupiah (GSR) saat berjualan baju preloved (bekas) di Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. (Dok. Pribadi)

SEMARANG, beritajateng.tv – Siapa sangka, sebuah kejadian sederhana pada tahun 2006 menjadi pemantik lahirnya Gerakan Seribu Rupiah (GSR), sebuah inisiatif sosial yang kini telah membantu ribuan penerima manfaat di Kota Semarang.

Gerakan itu diinisiasi oleh Misbah Zulfa Elisabeth, dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Inisiatif itu didukung oleh kepedulian ibu-ibu pengajian Masjid At-Taqwa Ngaliyan Indah Kota Semarang.

Elis, sapaan akrabnya mengungkapkan bahwa di suatu malam tahun 2006, seorang mahasiswa mendatanginya. Mahasiswa tersebut mengaku kesulitan membayar biaya registrasi kuliah.

“Waktu itu saya bertemu mahasiswa yang kekurangan Rp125 ribu untuk daftar kuliah. Malamnya saya ceritakan pada ibu-ibu pengajian, dan dari lima orang terkumpul Rp275 ribu. Dari situ kami berpikir, kenapa tidak dijadikan gerakan bersama?” tuturnya kepada beritajateng.tv melalui panggilan WhatsApp pada Jumat, 7 November 2025.

BACA JUGA: Optimalisasi Peran Sosial, Bank Jateng Cabang Blora Bekali Guru Agama dengan Literasi Keuangan

Setelah dipercayakan memegang uang tersebut, Elis kemudian melakukan pendataan terhadap anak-anak di lingkungan rumahnya. Tak disangka, di balik tembok perumahan masih ada anak-anak yang ternyata belum membayar SPP sekolah.

Akhirnya, Elis bersama beberapa orang lalu mendatangi sekolah dari anak-anak tersebut untuk membayarkan SPP. Dana dari GSR tidak langsung diserahkan kepada orang tua, karena khawatir tidak digunakan untuk keperluan pendidikan.

Dari Infak Seribu Rupiah Jadi Gerakan Sosial

Awalnya GSR menerima donasi dalam bentuk uang. Namun seiring berjalannya waktu, mereka juga menampung sedekah berupa sampah, barang layak pakai, dan botol plastik bekas. Hasil penjualan barang-barang tersebut mereka gunakan untuk menambah kas GSR.

Bermula dari kotak tisu berlubang sebagai wadah infak di tiap RT, GSR kini menjelma menjadi sistem sosial terstruktur dengan empat program utama.

1.⁠ ⁠GSR Beasiswa, untuk membantu anak-anak dari tingkat TK hingga mahasiswa.

2.⁠ ⁠GSR Peduli Duafa, memberi dukungan kepada keluarga prasejahtera.

3.⁠ ⁠GSR Modal Usaha, menyediakan pinjaman lunak tanpa bunga.

4.⁠ ⁠GSR Pinjaman Kuliah, mendukung mahasiswa berprestasi yang kesulitan biaya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan