SEMARANG, beritajateng.tv – Imbas kecelakaan maut rombongan SMK Lingga Kencana Depok membuat sejumlah pemerintah daerah membatasi pelaksanaan study tour bagi siswa. Termasuk di Jawa Tengah dan Kota Semarang.
Pelarangan atau pembatasan study tour ke luar kota dianggap dapat mencegah kecelakaan serupa terjadi.
Namun, alih-alih pelarangan study tour, pengamat transportasi asal Kota Semarang, Djoko Setijowarno menilai pengetatan pengawasan terhadap bus pariwisata akan lebih efektif.
Djoko mengatakan, salah satu penyebab kecelakaan pada bus pariwisata antara lain karena padatnya jam kerja pengemudi. Panitia pariwisata biasanya akan menyusun itinerary perjalanan yang padat dari pagi hingga sore.
BACA JUGA: Kritik Larangan Study Tour, Wakil Ketua Komisi X DPR RI: Dampaknya Besar, Jangan Pikir Ego Sektoral
Sehingga, pengemudi tidak memiliki kesempatan untuk istirahat dengan cukup.
“Kalaupun ada waktu istirahat, hampir semuanya tidak ada yang memberi pengemudi tempat istirahat memadai. Peserta wisata tidur di hotel, pengemudi tidur di bus,” katanya saat beritajateng.tv konfirmasi, Jumat, 24 Mei 2024.
Hal tersebut, kata Djoko, yang kemudian memicu terjadinya kecelakaan bus pariwisata. Sebab, pengemudi akan tertidur saat mengemudi karena kelelahan.
BACA JUGA: Bukan Study Tour, Sejumlah SMA di Semarang Pilih Gelar Outing Class di Sekitar Kota
Selain itu, karakteristik bus pariwisata yang bebas kemana saja dan kapan saja juga merupakan ladang subur. Perusahaan akan meremajakan bus bekas AKAP/AKDP menjadi bus pariwisata tanpa ijin dan pengawasan ketat.
Pola kecelakaan bus wisata
Lebih jelas, Djoko menuturkan, berdasarkan catatan dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kecelakaan pada bus wisata memiliki dua pola. Yang pertama dan paling sering adalah rem blong.