SEMARANG, beritajateng.tv – Dinas Kesehatan Kota Semarang mencatat kasus demam berdarah hingga semester pertama tahun 2024 ini mencapai 231 kasus dengan angka kematian 3 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang M. Abdul Hakam mengatakan, hingga semester pertama kasus Demam Berdarah mencapai 231 kasus dengan jumlah kematian 3 orang.
“Paling banyak ada di kecamatan Tembalang, Pedurungan, Banyumanik, kemudian Semarang Barat, Genuk dan Ngaliyan. Prinsipnya adalah daerah-derah yang tingkat penduduknya tinggi. ABJ atau angka bebas jentik nyamuk yang turun dari angka normal, 90 persen,” ujar Hakam Rabu 10 Juli 2024.
BACA JUGA: IDI Kota Semarang: Nyamuk Wolbachia Efektif Tekan Angka Demam Berdarah
Menurut Hakam, tiga kasus kematian akibat demam berdarah berasal dari kelurahan Sendangmulyo, Sambiroto dan Tlogosari Kulon.
Meski demikian, lanjut dia, kasus demam berdarah mengalami penurunan signifikan setiap tahunnya. Tercatat, kasus Demam berdarah tahun 2022 mencapai 865 kasus dengan angka kematian sebanyak 33 orang.
Kasus DB Turun Signifikan
Namun pada 2023, angka kasus DBD turun signifikan menjadi 404 kasus. Sementara kasus kematian akibat DBD juga mengalami penurunan menjadi 16 orang. Untuk tahun 2024 ini, hingga semester pertama mencapai 231 kasus dengan angka kematian 3 orang.
“Angka ini kalau demam berdarahnya turun dibanding tahun sebelumnya, namun demam dengue ini kasusnya naik. Alasannya, karena skrining masif pada masyarakat cukup tinggi,” tutur dia.
Seperti contohnya, imbuh Hakam, daerah-daerah banjir atau dengan riwayat rob, secara masif Dinas Kesehatan melalui puskesmas melakukan skrining hingga tiga pekan.
“Kami langsung lakukan pemeriksaan NS1, yakni tes untuk mendeteksi keberadaan protein non struktural 1 (NS1). Pemeriksaan itu di hari pertama sudah bisa kelihatan, sehingga tidak perlu menunggu hingga hari ketiga bahkan kelima,” paparnya.
Kasus demam dengue yang ditemukan akan mendapat intervensi dan pengobatan lebih awal, sehingga lebih cepat diobati dan tentunya angka kematian bisa lebih ditekan.