Ia menyebut konsep yang diusung bukan kerja bak ‘Superman’ atau ‘one man show’, melainkan super team alias tim super yang bergerak serentak.
“Indikator miskin itu harus kita keroyok kepada seluruh OPD di dinas kita, dari segi pendidikan kita keroyok, dari segi bansosnya kita keroyok, kemudian dari tenaga kerjanya kita keroyok, kemudian dari kesehatannya kita keroyok. Sehingga masyarakat miskin itu betul-betul terlayani dan tepat sasaran,” bebernya.
BACA JUGA: Ratusan Siswa Keracunan MBG di Sragen, Ahmad Luthfi Hentikan Sementara SPPG, Buka Posko 24 Jam
Lebih lanjut, Luthfi mengungkap program pengentasan kemiskinan harus tepat sasaran dan berdampak langsung. Evaluasi pihaknya lakukan setiap triwulan untuk memastikan warga miskin dapat naik kelas.
“Sehingga setiap triwulan dapat kita lakukan evaluasi apakah dari P1 bisa meningkat P2, kalau perlu P3 menjadi potensi miskin, kalau perlu tidak ada,” terangnya.
Ia mencontohkan program wisuda atau graduasi warga miskin di Brebes, yang mana penerima bantuan sosial berhasil mandiri dan keluar dari kategori miskin.
“Kemarin kita sudah mengadakan graduasi. Jadi di wilayah Brebes setelah kita lakukan wisuda masyarakat yang sudah tidak tergantung pada bansos, artinya dia sudah naik kelas. Ini nanti akan kita teruskan kepada seluruh bupati yang lain untuk dilakukan graduasi, agar apa? Memotivasi bahwa miskin itu bisa kita perangi,” jelasnya.
Baginya, keberhasilan mengentaskan kemiskinan ekstrem bukan hanya kebanggaan, namun juga mengurangi ketergantungan masyarakat pada bantuan pemerintah.
“Masyarakat tidak selalu menggantungkan daripada bantuan kita. Dia bisa mandiri,” tutup dia. (*)
Editor: Farah Nazila